Sabtu, 11 Juli 2009

Pendekatan Diagnostik Ikterik

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Hati

organ intestinal terbesar dan organ sentral dalam metabolisme di tubuh Fungsi utama hati adalah pembentukan dan ekskresi empedu sebanyak satu liter perhari kedalam usus halus. Unsur utama empedu adalah air (97%), elektrolit, garam empedu.

Fungsi hati;

  1. Metabolisme energi .
  2. Sintesa protein.
  3. Pengemulsi,transpor dan penyimpanan.
  4. Kliren dan proteksi.

Kategori Penyakit hati terdiri dari: Kolestasis Hepatitis akut , Gagal hati Fulminan ,Hepatitis kronik ,Sirosis,Penyakit fokal atau ekstrinsik dengan manifestasi pada hati

IKTERUS

Perubahan warna kulit, sklera mata atau jaringan lainnya (membran mukosa) yang menjadi kuning karena pewarnaan oleh bilirubin(pigmen empedu)yang meningkat konsentrasinya dalam sirkulasi darah .Ikterus yang ringan dapat dilihat paling awal pada sklera mata, konsentrasi bilirubin sudah berkisar antara 2 – 3 mg/dl ( 34 – 43 umol/L). Jika ikterus sudah jelas dapat dilihat dengan mata, bilirubin mungkin sudah mencapai angka 7-8 mg/dl

Definisi

Ikterus adalah akumulasi abnormal pigmen bilirubin dalam darah yang menyebabkan air seni berwarna gelap, warna tinja menjadi pucat dan perubahan warna kulit menjadi kekuningan yang mudah dilihat pada sklera mata karena elastin pada sklera mengikat bilirubin, biasanya dapat dilihat bila kadar bilirubin mencapai 2,5 mg% atau lebih.

Kelainan Fisik

Intensitas dan distribusi pewarnaan pigmen empedu pada jaringan tergantung pada 4 faktor : Konsentrasi total bilirubin serum ,Bentuk bilirubin (terkonjugasi atau tak terkonjugasi) Perfusi kapiler dan kemampuan mendeteksi kuning melalui membran mukosa normal

Komposisi jaringan

2.1.Pembentukan Bilirubin

2.2. Transpor Plasma

2.3. Liver Uptake

2.4.Konjugasi bilirubin dalam retikulum endoplasmik halus.

2.5. Sekresi bilirubin ke dalam empedu

Metabolisme Bilirubin

BAB III
PATOFISIOLOGI IKTERIK

    1. Pre Hepatik
    2. Hepatik
    3. Pos hepatik

Ikterus kolestatik terjadi pada:Hambatan pada kanalikuli bilier ( obat-obatan),Hambatan pada duktuli ( genetik, sirosis bilier primer), Hambatan pada saluran empedu (batu empedu, tumor pankreas, dan tumor ampula vateri)

BAB IV
PENDEKATAN DIAGNOSTIK IKTERIK

  1. Gambaran Klinis
  2. Pemeriksaan Fisik
  3. Pemeriksaan Laboratorium
  4. Pencitraan : Radiologi ,Ultrasonografi ,CT Scan ,Magnetic Resonante Imaging (MRI) ,ERCP dan PTC

5. BIOPSI HATI

Tabel 1 : Hasil Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnosis Banding pada Ikterik

Gambar 4 :
Evaluasi Pasien dengan Ikterik

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

1. Ikterus merupakan salah satu manifestasi klinis yang penting sebagai indikator penyakit hati dan saluran empedu.

2. Agar dapat memahami terjadinya ikterus dengan baik perlu pemahaman tentang fisiologi metabolisme bilirubin dan patofisiologi terjadinya ikterik

3. Pendekatan diagnostik ikterik harus komprehensif mulai dari gambaran klinis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan labor, pencitraan dan biopsi hati.

4. Pada pasien ikterus, pemeriksaan laboratorium yang terpenting adalah menilai gangguan fungsi hati

5. Kebanyakan center dengan ketersediaan alat diagnostik yang lengkap menggunakan terutama USG untuk mendiagnosis kolestasis karena biaya yang rendah.

6. Biopsi hati sangat penting untuk memastikan jenis kelainan hati

5.2. Saran

1. Jika kita menemukan pasien dengan klinis ikterus kita harus memikirkan pendekatan-pendekatan baik itu dari manifestasi klinis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, pencitraan dan biopsi.

2. Perlu diingat kelainan faal hati tidak spesifik sehingga interpretasi kelainan laboratorium harus dilakukan hati-hati dengan melihat keluhan dan gejala secara keseluruhan.

3. Perlu memilah dengan cermat jenis pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang yang akan kita lakukan sehingga biaya dapat ditekan

4. Untuk perbaikan pelayanan sebaiknya kita menetapkan salah satu algoritma yang akan kita pakai sehingga diagnosis dapat ditegakkan dengan cepat dan tepat

DAFTAR PUSTAKA

  1. Amirudin R. Fisiologi dan Biokimia Hati. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi IV .FKUI Jakarta ,2007: 415-419.
  2. Sacher R.A, Mc Pherson R.A.Pendit B U, Wulandari Dewi. Uji Fungsi Hati. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium, edisi 11. Penerbit Buku Kedokteran EGC,2004: 361 – 361.
  3. Lingappa V.R. Liver Disease. Pathophysiology of Disease, An Introduction to Clinical Medicine, McGraw-Hill Companies, Fourth edition,2003: 380 – 419.
  4. Sofwanhadi R. Anatomi Hati. Buku Ajar Ilmu Penyakit Hati. Edisi I FKUI Jakarta, 2007: 1 – 8.
  5. Crawford.J M. Liver and Biliary Tract. Pathology Basis of Disease. Library of Congress Cataloging in Publication Data. 2005: 878 – 937.
  6. Tams TR. Liver Disease: Diagnostic Evaluation. Atlantic Coast Veterinary Conference. West Los Angeles ;2001

7. Sulaiman A. Pendekatan Klinis pada Pasien Ikterus. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I edisi IV, FKUI Jakarta, 2007:420 – 423.

8. Kanoko M. Metabolisme Bilirubin dan Patofisiologi Ikterus. Buku Ajar Ilmu Penyakit Hati. Edisi Pertama, FKUI Jakarta 2007: 5 - 8.

9. Julius. Ikterus. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1 edisi kedua. FKUI Jakarta 1991: 576 – 582

10. Soemohardjo S Pendekatan Klinis Ikterus. Buku Ajar Ilmu Penyakit Hati. Edisi Pertama, FKUI Jakarta 2007: 135-139.

11. Pratt DS, Kaplan MM. Jaundice. Harrison’s Principles of Internal Medicine 16 edition Volume I. New York: Mc Graw-Hill, 2005; 238- 243.

12. Wikipedia, the free encyclopedia. Jaundice

13. Wolkoff AW. The Hyperbilirubinemias. Harrison’s Principles of Internal Medicine 16 edition Volume II. New York: Mc Graw-Hill, 2005; 1817- 1821

14. Sulaiman A. Pendekatan terhadap Penderita dengan Ikterus. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1 edisi kedua. FKUI Jakarta 1991: 547 – 550

15. Burrows CF. An Approach to Icteric Patient. 29th World Congress of the World Small Animal Veterinary Association. University of Florida, College of Veterinary Medicine; 2004 ;1991 - 2009

16. Nusi I A. Sekresi Empedu dan Kolestasis. Buku Ajar Ilmu Penyakit Hati. Edisi Pertama, FKUI Jakarta 2007: 9-15.

17. Makes D Ultrasonografi (USG) Hati. Buku Ajar Ilmu Penyakit Hati. Edisi Pertama, FKUI Jakarta 2007: 39-53.

18. Widjaja PM. Gambar Tomografi Dikomputerisasi (CT Scan). Buku Ajar Ilmu Penyakit Hati. Edisi Pertama, FKUI Jakarta 2007: 55 - 89.

19. Rani AA. Endoskopi Penyakit Pankreato-bilier. Buku Ajar Ilmu Penyakit Hati. Edisi Pertama, FKUI Jakarta 2007: 129- 133

20. Hasan I. Biopsi Hati. Buku Ajar Ilmu Penyakit Hati. Edisi Pertama, FKUI Jakarta 2007: 31 – 35.